Benarkah sertifikat pelatihan tidak berguna? Jawabannya: tergantung. Sertifikat hanyalah bukti bahwa seseorang pernah mengikuti suatu pelatihan, tetapi bukan jaminan bahwa ia memiliki kompetensi yang mumpuni. Faktanya, banyak orang terjebak dalam "sertifikat hunting"—mengumpulkan ratusan sertifikat tanpa benar-benar menguasai materinya. Padahal, ikut 10 pelatihan tanpa sertifikat tapi dengan skill yang applicable jauh lebih berharga daripada 1000 sertifikat tanpa implementasi. Seperti kata pepatah, "Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah"—sertifikat tanpa aplikasi nyata hanyalah dokumen kosong.
Lalu, bagaimana memilih pelatihan yang benar-benar bermanfaat? Pertama, perhatikan konsistensi penyelenggara—apakah materinya update dan sesuai kebutuhan pasar? Kedua, cek review peserta sebelumnya—apakah mereka benar-benar merasakan manfaat setelah mengikutinya? Ketiga, lihat track record alumni—apakah ada bukti nyata bahwa pelatihan tersebut membantu karir atau bisnis mereka? Contoh konkret: Seminar Capital Market oleh Ulive Academy tidak hanya memberikan materi teori selama 2 hari, tetapi juga bonus praktik langsung dan pembahasan kasus terkini di pasar modal syariah. Ini jauh lebih bernilai daripada sekadar memberi sertifikat tanpa pendalaman materi.
Tips Memaksimalkan Pelatihan:
1. Fokus pada skill, bukan sertifikat—pilih pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan upgrade diri Anda.
2. Praktekkan segera—ilmu akan hilang jika tidak diaplikasikan, seperti hadits Nabi: "Ilmu yang tidak diamalkan seperti harta yang tidak diinfakkan" (HR. Ad-Dailami).
3. Buat rencana tindak lanjut—setelah pelatihan, tetapkan goals konkret untuk mengimplementasikan ilmu tersebut.
*Pertanyaan reflektif:* "Dari semua pelatihan yang pernah Anda ikuti, berapa persen yang benar-benar Anda terapkan dalam karir atau bisnis?"
Catatan akhir:
"Sertifikat mungkin bisa menghiasi dinding, tapi skill-lah yang akan menghidupi masa depan."