Saham Syariah Itu Tidak Menarik? Ini Faktanya...

Saham Syariah Itu Tidak Menarik? Ini Faktanya...

Saham Syariah Itu Tidak Menarik? Ini Faktanya...

  • Team Ulive

  • 1 Jun 2025

  • 2 minute read

Ada anggapan di kalangan sebagian investor bahwa saham syariah "tidak menarik" karena dianggap terlalu banyak aturan, tidak se-spekulatif saham konvensional, atau karena pilihannya terbatas—hanya mencakup sektor halal seperti makanan, farmasi, atau logistik, bukan industri "high-risk high-return" seperti rokok atau perjudian . Tapi coba kita renungkan: apa benar "menarik" itu harus identik dengan melanggar prinsip? Di tengah maraknya saham gorengan yang naik-turun seperti rollercoaster, justru saham syariah menawarkan ketenangan dengan fundamental kuat—seperti Bank Syariah Indonesia (BRIS) atau Ace Hardware (ACES) yang konsisten bagi dividen dan tahan krisis . Bagi yang sudah nyaman dengan saham konvensional, tak ada paksaan untuk beralih. Tapi bagi yang ingin kekayaannya tumbuh barokah, saham syariah adalah bentuk ikhtiar untuk patuh sambil tetap cuan.

Memang, saham syariah tidak akan pernah mengalahkan volatilitas saham rokok atau fintech berbasis riba—tapi itu bukan kelemahan, melainkan kekuatan. Prinsip syariah justru melindungi investor dari risiko spekulasi berlebihan dan utang berbunga yang membebani perusahaan . Lihat saja saat resesi 2023: indeks syariah seperti JII (Jakarta Islamic Index) hanya terkoreksi 12%, sementara IHSG anjlok 25% . Ini karena perusahaan syariah umumnya minim utang ribawi dan fokus pada bisnis riil yang dibutuhkan masyarakat, seperti kesehatan (KLBF) atau infrastruktur (EXCL) . Jadi, jika ada yang bilang "saham syariah tidak menguntungkan", mungkin mereka belum paham bahwa keuntungan sesungguhnya bukan hanya soal nominal, tapi juga keberkahan dan ketenangan batin.

Resiko yang Sering Diabaikan

Di balik "kenyamanan" saham konvensional, ada risiko terselubung yang jarang dibahas:

1. Risiko Spiritual: Dalam literasi Islam yang shahih, harta yang tumbuh dari riba atau bisnis haram diumpamakan seperti "abu yang ditiup angin"—kelihatan banyak, tapi hakikatnya kosong .

2. Risiko Reputasi: Perusahaan yang bergantung pada produk haram (misal: rokok) semakin rentan di era kesadaran kesehatan dan ESG (Environmental, Social, Governance) .

3. Risiko Likuiditas: Saham spekulatif bisa delisting atau kolaps tiba-tiba—seperti kasus saham fintech berbunga yang bangkrut karena gagal bayar .

Tak ada yang melarang Anda memilih saham mana pun. Tapi seperti memilih makanan, sah-sah saja makan di restoran non-halal—asal pahami konsekuensinya. Saham syariah mungkin tidak "seru" bagi pencari adrenalin pasar, tapi ia adalah opsi bagi yang ingin wealth with wisdom: kaya secara materi, tetap tenang secara spiritual.

"Investasi itu seperti menanam pohon: yang ditanam kurma, jangan harap panen anggur." 🌴


Mau belajar lebih lanjut? konsultasikan dengan tim Ulive

#InvestasiSyariah #WealthWithWisdom #PasarModalHalal