Bayangkan Anda sedang duduk di warung kopi. Di meja sebelah, ada sekelompok orang yang bercengkrama sambil berkata, “Sekolah itu cuma buang-buang waktu. Ujung-ujungnya tetap jadi budak korporasi.”
Kalimat itu sering terdengar. Lucunya, sebagian yang berkata demikian justru masih sibuk mengisi form lamaran kerja dengan rapi, berharap dipanggil HRD. Ironi? Tentu saja.
Sebetulnya, masalahnya bukan pada sekolah, kampus, atau lembaga pendidikan—tetapi pada cara pandang orang terhadap pendidikan. Karena tanpa berpikir kritis, pendidikan memang terasa hoax. 📚
Memang benar, sejarah mencatat bahwa sistem pendidikan modern di banyak negara awalnya dirancang untuk melatih masyarakat agar taat, teratur, dan siap menjadi pekerja industri. Mirip seperti jalur perbudakan yang tersamar.
Namun, bedanya jelas:
Yang berpikir kritis → menjadikan pendidikan sebagai modal berinovasi dan mencari jalan keluar dari lingkaran “jadi budak”.
Yang hanya ikut arus → berhenti belajar setelah lulus, menunggu digaji, dan mengeluh seumur hidup.
Artinya, bukan pendidikannya yang “hoax”, tetapi mindset pesertanya.
Mari kita lihat realita yang sering terjadi:
Meremehkan proses belajar panjang.
Ada yang menyepelekan PAUD hingga kuliah sebagai formalitas. Padahal, setiap jenjang itu punya fungsi berbeda: membentuk kebiasaan, mengasah logika, hingga menata keterampilan sosial. Begitupun di Ulive Academy, ada program untuk preview, ada program untuk pengenalan dasar dunia pasar modal, ada program untuk mendalami teknik dan strategi untuk bisa mandiri di pasar modal.
Hanya fokus pada ijazah.
Banyak orang menunggu “pdf materi” atau “file power point” dari tutor/guru tanpa mencatat. Akhirnya, ilmu hanya sekadar lewat. 📄➡️🧠 (tidak masuk ke otak). Parahnya, sebagian dari mereka akan merasa belum mendapat apa-apa jika belum mendapatkan dokumen yang dibacapun mereka akan bingung sendiri.
Menyalahkan sistem saat gagal.
Sistem pendidikan memang belum sempurna, tapi menyalahkan 100% sistem sama saja seperti menyalahkan timbangan ketika berat badan naik. Bukan salah timbangannya, tapi salah porsi piring nasinya. 🍚😅
Mudah terhasut narasi anti-sekolah.
Ada yang bilang sekolah itu jebakan kapitalis. Faktanya, yang berkata demikian justru sering membuat “kelas cepat kaya” dengan biaya puluhan juta hanya untuk 3-5 hari. Kalau mau jujur, itu yang kapitalis. Ulive Academy memiliki program untuk 90 hari dengan biaya yang jauh dari kelas seperti itu, dengan pengawalan intensif bersama tim dan sistem yang didesain untuk memastikan pembelajaran efektif.
Orang-orang kaya yang lahir dari nol, tanpa privilage, bukan anti-pendidikan. Mereka menggunakan pendidikan sebagai jalan naik kelas. Contoh: banyak miliarder sukses di dunia maupun Indonesia tetap menekankan pentingnya belajar sepanjang hayat.
Ikut kelas preview
Manfaatkan sesi gratis/intro. Dengarkan, catat, jangan hanya duduk menunggu “materi dikirim”. Pertimbangkan kebutuhan belajar anda dengan potensi pelayanan dari sistem yang ditawarkan.
CATAT ilmu
Menulis dengan tangan melibatkan otak kiri-kanan sekaligus. 📒✍️ Ini memperkuat pemahaman, bukan sekadar hafalan. Walaupun boleh juga dengan ketikan.
Evaluasi lembaga
Bedakan mana lembaga yang fokus pada edukasi nyata, mana yang hanya mengejar uang pendaftaran. Cek dari review yang ada, tanyakan konsistensi admin dalam menjelaskan layanan.
Berdoa
Nabi ﷺ bersabda: “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Pendidikan bukan sekadar duniawi, tapi ibadah.
Bangun mental menjemput ilmu
Jangan tunggu disuapi. Ilmu ibarat hidangan prasmanan: yang lapar dan aktif bergerak akan kenyang lebih dulu. 🍽️
Agar lebih konkret, berikut rencana sederhana yang mungkin bisa langsung anda terapkan:
Buat “Learning Plan” pribadi
Target mingguan: 1 topik baru (misalnya finansial dasar, literasi digital, dsb).
Catatan: gunakan format action plan sederhana (seperti template Ulive Academy).
Disiplin 15 menit sehari untuk belajar
Tidak harus 2 jam. 15 menit membaca buku atau mendengar podcast lebih baik daripada 0 menit.
Rutinkan min. 40 hari agar menjadi kebiasaan baik.
Diskusikan apa yang dipelajari
Ingat prinsip paradox pendidikan: mengajarkan kembali adalah cara tercepat memahami ilmu. 🗣️ Bukan menunggu paham baru mengajarkan.
Catatan: Tetap mengajarkan berdasarkan catatan, jika ada yang belum bisa dijawab, tunda menjawab untuk mempelajari/memperdalam hal tersebut.
Audit pemakaian waktu
Ganti 30 menit scrolling medsos menjadi 30 menit membaca/menonton konten edukasi.
Gabung komunitas belajar
Agar tidak merasa sendirian. Karena lingkungan punya efek kuat terhadap konsistensi.
Pendidikan itu bukan hoax. Yang membuatnya terasa hoax adalah jika kita berhenti berpikir dan menolak berproses.
Ilmu bukan hanya soal gelar, tapi soal kemampuan membaca peluang, mengambil keputusan, dan bersyukur atas prosesnya. Orang-orang sukses yang minim privilage membuktikan, pendidikan bisa jadi eskalator sosial bagi yang mau menapaki step-nya.
👉 Jadi, apakah Anda akan terus memandang pendidikan sebagai jebakan, atau mulai melihatnya sebagai tangga untuk naik kelas finansial dan kehidupan?
Upgrade knowledge, upgrade income bersama tim Ulive di Ulive Academy.