Menyelamatkan Keuangan Keluarga di Tengah Ekonomi Melambat

Menyelamatkan Keuangan Keluarga di Tengah Ekonomi Melambat

Menyelamatkan Keuangan Keluarga di Tengah Ekonomi Melambat

  • Team Ulive

  • 16 May 2025

  • 2 minute read

Ekonomi global dan nasional sedang tidak stabil, tetapi respons kitalah yang menentukan keberhasilan. Coach Doddy Eka Putra menekankan bahwa kunci keselamatan keuangan keluarga terletak pada kemampuan menjadi pembelajar terbaik—memahami proses dan menghindari 10 penghalang pertumbuhan pendapatan, seperti kebiasaan menunda, emosi rapuh, takut penilaian orang lain, dan ingin instan sukses. Zona nyaman dan ego tinggi juga termasuk penghancur terbesar, karena membuat seseorang sulit menerima masukan dan enggan mengambil risiko. Padahal, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, dia termasuk orang yang beruntung" (HR. Al-Baihaqi), menegaskan pentingnya konsistensi dan kesabaran dalam proses.

Tujuh sumber pendapatan (multiple sources of income) menjadi solusi di tengah ketidakpastian ekonomi: (1) active income dari pekerjaan utama, (2) capital gain saham syariah, (3) dividen, (4) royalti, (5) bagi hasil, (6) profit bisnis, dan (7) passive income properti (sewa atau fee marketing). Prinsip syariah mendukung diversifikasi ini, sebagaimana Khalifah Umar bin Khattab mengajarkan: "Janganlah kalian bergantung pada satu mata pencaharian, carilah yang lain". Namun, semua harus dijalani dengan strategi—bukan spekulasi. Misal, investasi saham syariah memerlukan analisis fundamental, bukan sekadar trading emosional.

Action Plan:

1. Evaluasi penghalang pribadi—apakah menunda, ego, atau takut risiko yang dominan?

2. Buat rencana pendapatan ganda—mulai dari sumber termudah (misal: bagi hasil UMKM syariah).

3. Kelola emosi finansial—hindari keputusan impulsif dengan prinsip "rezeki sudah dijamin, tapi ikhtiar wajib".

*Pertanyaan reflektif:* "Dari 7 sumber pendapatan, mana yang sudah Anda miliki, dan mana yang akan dikembangkan tahun ini?"

Catatan:

"Krisis adalah ujian bagi yang pasif, tapi peluang bagi yang kreatif—seperti Nabi Yusuf yang justru berjaya di masa paceklik."