Di balik ungkapan “sial” atau “orang jahat,” sejatinya banyak korban investasi bodong terjerumus karena gap pengetahuan finansial. Data resmi—seperti laporan Federal Trade Commission AS—mengungkap bahwa masyarakat kehilangan triliunan rupiah akibat scam karena kurangnya literasi finansial (ulive.co.id). Sama seperti dalam ujian sekolah, di mana perbedaan antara belajar, menyontek, atau menyerah menentukan hasil akhir—demikian pula dalam membuat keputusan investasi. Jika seseorang hanya ikut-ikutan atau tanpa pemahaman, peluang tertipu amat besar, bukan karena takdir saja, tetapi karena tak berusaha memahami risiko dan cara mengendalikannya. Dunia memang penuh ujian, dan scam adalah salah satunya.
Seperti seorang pemadam kebakaran yang menguji api dan belajar teknik memadamkannya, kita perlu mempelajari “penanganan risiko finansial.” Seorang amatir bisa terjebak bodong saat buru-buru bermodal nekad tanpa ilmu; sementara seorang yang paham risiko akan punya rencana keluar (exit strategy), tahu kapan menahan capital, dan bagaimana menindaklanjuti pasca-kerugian. Ini bukan soal sekolah tinggi atau tidak—melainkan kesiapan mental dan strategi. Banyak yang menyamakan semua investasi dengan jebakan, padahal investasi sejati selalu disertai risiko yang bisa dikelola jika dibekali pengetahuan memadai.
Untuk menghadapi fenomena ini, Ulive Academy lewat Coach Doddy Eka Putra menawarkan pola pembelajaran bertahap:
CSO (Cerdas Saham Online) – kelas dasar gratis yang “merobohkan” mental mitos dan pemahaman salah tentang pasar modal (ulive.co.id).
SCM (Seminar Capital Market) – membangun fondasi yang kuat agar peserta bisa mulai “cuan” dengan memahami mekanisme pasar dan rule utama (ulive.co.id).
Platinum Plus – bimbingan intens tiga bulan untuk mempertebal pertahanan mental sekaligus memaksimalkan potensi sesuai karakter investor, lengkap dengan trading bareng dan klinik portofolio (ulive.co.id).
Penting disadari: memilih program edukasi bukan berarti mengeluarkan biaya, tetapi mengamankan aset dan membentuk standar berpikir. Mereka yang mengalami rugi karena bodong bukan karena “jatah takdir”, melainkan karena menempatkan mental seperti “hero tanpa baju zirah”: nekat masuk api tanpa alat pelindung. Berbeda dengan mereka yang sudah belajar dari dasar—ketika “terbakar”, mereka punya strategi: minimize loss, evaluasi, perbaiki rencana, dan bangkit lagi. Inilah esensi menanamkan ilmu, bukan ego atau asumsi, untuk memastikan bahwa setiap pilihan investasi adalah keputusan cermat, bertanggung jawab, dan syariah compliant.
Sobat Ulive, mari buktikan bahwa “kaya itu boleh”, tapi bodoh itu pilihan. Pilih jalannya yang aman—mulai dari pemahaman, bentuk aksi, dan terus perbaiki diri—konsultasikan dengan tim Ulive Academy agar kita tidak hanya selamat dari jebakan bodong, tetapi juga tumbuh menjadi investor syariah yang bijaksana, mandiri, dan sukses.