💡 Gagal Bukan Karena Masalah, Tapi Karena Tidak Siap Menghadapinya

💡 Gagal Bukan Karena Masalah, Tapi Karena Tidak Siap Menghadapinya

💡 Gagal Bukan Karena Masalah, Tapi Karena Tidak Siap Menghadapinya

  • Team Ulive

  • 28 Jul 2025

  • 4 minute read

📍 Belajar Manajemen Krisis dari Cara Orang Sukses Mengelola Kepanikan Jadi Peluang


Ketika pandemi COVID-19 melanda, jutaan orang kehilangan pekerjaan, omzet usaha anjlok, dan ketakutan finansial menyebar lebih cepat dari virus itu sendiri.
Banyak yang menyalahkan keadaan.
Menyalahkan pemerintah.
Menyalahkan sistem.
Bahkan, dengan sangat berat hati kita mengakui, ada yang menyalahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala karena merasa hidup terlalu berat untuk dijalani.

Namun setelah pandemi mereda, kita melihat fakta yang mencengangkan:
ada juga orang-orang yang tetap bertahan — bahkan bangkit dan berkembang.

Pertanyaannya:

Apakah mereka tidak kena dampak krisis?
Jawabannya: kena. Bahkan mungkin lebih parah dari Anda.

Lalu kenapa mereka bisa tetap bertahan?
Karena mereka siap menghadapi krisis, bukan hanya sibuk menyalahkan keadaan.


🤯 Bukan Ketidakpastian yang Membunuh, Tapi Ketidaksiapan

Krisis tidak bisa dihindari. Yang bisa dilakukan adalah mempersiapkan mental dan strategi agar saat badai datang, kita tidak roboh tanpa perlawanan.

“Seseorang tidak tenggelam karena badai,
tetapi karena kapalnya bocor dan tidak disiapkan.

Jadi, yang membuat kita gagal bukan masalahnya.
Tapi tidak adanya perisai mental, spiritual, dan finansial saat menghadapi masalah tersebut.


💭 Mental Crisis: Menyalahkan Keadaan, Menutup Peluang

Saat krisis melanda, banyak orang:

  • Menyalahkan bos karena PHK

  • Menyalahkan pasar karena sepi

  • Menyalahkan ekonomi karena lesu

Namun ada satu pola yang sering luput:
menyalahkan Tuhan karena hidup tidak sesuai harapan.

“Saya sudah sholat, sudah sedekah, tapi kenapa tetap miskin?”
“Kenapa saya yang kehilangan pekerjaan, bukan orang lain?”

Pertanyaan ini sah untuk diajukan dalam hati. Tapi jika tidak diolah dengan ilmu dan iman, maka akan menjadi mental menyalahkan takdir, bukan mental mengevaluasi diri.


🕌 Perspektif Islam: Allah Tidak Pernah Zalim

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

Krisis hadir bukan untuk menghancurkan,
tapi menguatkan yang mau belajar.

Dalam sejarah Islam pun kita diajarkan tentang bagaimana Rasulullah ﷺ menghadapi berbagai bentuk krisis:

  • Pemboikotan Bani Hasyim

  • Kekalahan Uhud

  • Dikhianati di Hudaibiyah

Namun semuanya dihadapi dengan planning, ikhtiar, sabar, dan evaluasi.
Dan hasilnya?
Umat Islam justru tumbuh makin kuat.


🛠️ Strategi Bertahan dan Bangkit di Masa Krisis

1. 🎯 Tetapkan Tujuan Minimal

Ketika kondisi normal hilang, jangan panik karena target besar tidak tercapai.
Ubah fokus:

dari “target tinggi” menjadi “bertahan dan menjaga akal sehat”.

Contoh: Jika biasanya target Anda punya income Rp10 juta/bulan, turunkan dulu jadi Rp5 juta asal cashflow tetap hidup.

2. 💸 Buat Financial Defense Line

Kurangi semua pengeluaran yang tidak perlu.
Fokus hanya pada kebutuhan inti:

  • Makan

  • Tempat tinggal

  • Kesehatan

  • Pendidikan anak

Jika ada utang, komunikasikan dengan pihak terkait. Banyak lembaga yang memahami jika Anda terbuka dan jujur, bukan kabur.

3. 🧠 Upgrade Skill, Bukan Upgrade Gaya Hidup

Jangan habiskan waktu mengeluh.
Gunakan waktu untuk belajar:

  • Skill digital (Canva, copywriting, jualan online)

  • Ilmu keuangan syariah

  • Manajemen usaha mikro

Di tengah krisis, mereka yang belajar akan punya lebih banyak pilihan daripada mereka yang mengutuk keadaan.

4. 📚 Berinvestasi Ilmu (Walau Sedikit)

Bergabunglah dengan komunitas belajar seperti Ulive Academy.
Jangan anggap remeh kelas gratis seperti CSO — banyak peserta yang bangkit dari sana.
Kenapa? Karena di tengah kebingungan, ilmu memberi pegangan.

5. 🤲 Kuatkan Koneksi dengan Allah

Krisis sering mengungkap kualitas iman.
Bukan hanya dengan shalat dan dzikir, tapi juga dengan percaya bahwa pertolongan Allah datang lewat usaha dan perubahan sikap.


📌 Studi Kasus: Orang Biasa yang Survive saat Pandemi

a. Bu Fara – Penjahit Rumahan

Sebelum pandemi, Bu Fara hanya menjahit gamis dan seragam sekolah. Saat pandemi, orderan sepi total. Tapi ia melihat peluang:

“Orang pakai masker semua. Kenapa saya tidak jahit masker?”

Ia jual masker kain ke tetangga, lalu masuk ke marketplace. Dalam 3 bulan, penghasilannya kembali bahkan naik 2x lipat dari sebelumnya.

b. Pak Rendi – Driver Ojek Online

Orderan sepi. Tapi ia tidak mengeluh. Ia belajar menjadi admin toko online dan menerima jasa data entry. Sambil tetap narik ojek.
Kini, ia tidak hanya mengandalkan motor, tapi juga laptop.

c. Ibu Siska – Guru Honorer

Diliburkan, tidak digaji. Ia belajar dari YouTube cara jualan makanan beku, lalu ikut kelas CSO Ulive. Dalam 1 tahun, punya portofolio saham syariah dan omzet usaha sampingan mencapai Rp4 juta/bulan.

Mereka ini bukan konglomerat. Tapi punya satu kesamaan:

Mereka tidak mengutuk krisis. Mereka mencari peluang di tengah krisis.


✅ Ringkasan: Jalan Bangkit di Tengah Krisis

Strategi

Tujuan

Turunkan target

Agar tetap bisa survive

Kurangi pengeluaran

Jaga cashflow

Upgrade skill

Buka peluang baru

Ikut komunitas belajar

Dapat support dan insight

Dekat dengan Allah

Tenangkan hati & kuatkan ikhtiar


✍️ Penutup: Semua Orang Punya Masalah, Tapi Tidak Semua Siap Hadapi

Sobat Ulive, jika Anda sedang dalam masa sulit — itu bukan hukuman, tapi undangan dari Allah untuk naik kelas.
Masalah bukan untuk diratapi, tapi untuk ditaklukkan.

Dan ingat...

“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Ubah dulu sikap, baru situasi akan ikut berubah.


📩 Siap bangkit? Ulive Academy punya banyak program untuk membantu Anda upgrade ilmu, mental, dan income.
Mulai dari yang gratis, sampai mentoring eksklusif — semua dirancang untuk Anda yang mau melangkah. Konsultasikan dengan tim Ulive

Terima kasih sudah membaca.
Semoga Allah mudahkan setiap langkah kita menuju keberkahan finansial. Aamiin.