Ketika mendengar kata "frugal living", banyak orang langsung menyamakan dengan "pelit". Bahkan lebih ekstrem, dianggap anti-sedekah, anti-gaya, dan anti-rezeki.
Padahal...
Frugal living bukan pelit, melainkan tahu prioritas dan punya kendali atas keuangan pribadi.
Seseorang yang frugal bukan berarti tidak mau membantu orang lain. Ia tetap memberi — namun sesuai perencanaan. Justru, frugal living melatih seseorang untuk tidak pelit kepada dirinya sendiri, yaitu dengan berhenti hidup demi gengsi, atau menuruti keinginan impulsif.
Di masyarakat kita, seringkali seseorang disebut “baik” karena mudah memberi, mudah traktir, mudah dimintai tolong, walaupun dia sendiri kesulitan.
Sebaliknya, orang yang menolak permintaan pinjaman atau ajakan nongkrong, dicap pelit.
Padahal, yang sebenarnya berbahaya justru mental pelit kepada diri sendiri. Contohnya:
Dapat gaji → langsung bayar pajak, tagihan, utang, kebutuhan rumah
Belum sempat menabung atau menyisihkan buat masa depan
Lalu... begitu muncul keinginan, malah berhutang lagi
Setiap bulan hidup dari siklus “dibayar – membayar – dibayar — membayar” tanpa jeda untuk menumbuhkan aset. Inilah perbudakan finansial modern yang sering tidak disadari.
Di zaman digital ini, akses ke pinjaman makin mudah. Banyak akses cara untuk pinjaman melalui aplikasi online. Saking banyaknya, ada pula orang yang terjebak di dalamnya, beli makanan pakai paylater, beli hobi pakai pinjaman, dan lainnya. Sampai-sampai, ada komunitas-komunitas tertentu yang menormalisasi galbay (gagal bayar) sebagai solusi. Narasinya
“Pinjam saja, nanti galbay ramai-ramai. Pasti nggak ditagih!”
Naudzubillah, ya. Semoga sobat Ulive tidak ada lah yang seperti ini. Sebab, kalimat ini mungkin terasa seperti solusi cerdas. “Waah, enak ya nambah uang, gak usah kerja”. Tapi coba kita balik posisinya:
“Kalau Sobat Ulive meminjamkan uang ke orang yang anda tahu, mereka sudah niat tidak mau bayar, bagaimana rasanya?”
Kesal? Marah? Nyesek? Atau Oke-oke saja karena pola pikirnya sama? Kalau oke ya sudah, alhamdulillah berarti anda filantropis. Tapi filantropis juga aslinya gak gitu-gitu amat padahal. Filantropis itu tetap ada itungannya.
Anda coba bayangkan ya. Jika Anda berada di posisi regulator atau pembuat kebijakan, mungkin saking kesalnya anda dan anda lihat ada potensi ini bisa menghancurkan bisnis, atau bahkan menghancurkan negara karena kan investor luar negeri akan mikir-mikir nih nyimpan uang di kita (Indonesia). Lalu anda sebagai regulator perlu ambil tindakan. Lalu anda membuat aturan yang tegas. Nah, inilah kalau anda paham, asal muasal kenapa regulasi kadang terasa represif, kayak lagi dijajah — padahal kalau anda paham, ya, karena ada oknum-oknum yang menyalahgunakan kebaikan sistem dan sistem harus ambil tindakan. Ibarat kalau anda sakit flu, badan itu jadi demam. Bagi anda yang gak paham, mungkin demam itu ganggu, jadi susah beraktifitas, tapi kalau badan gak demam, itu flu anda bisa fatal.
Mengubah gaya hidup jadi frugal living bukan hal yang bisa jadi dalam satu malam setelah anda baca artikel ini. Benar, percaya dengan saya. Saya bertahun-tahun belajar bisnis dan investasi saja baru paham apa itu frugal living. Di awal memang terasa berat — terutama kalau selama ini hidup mengikuti tren dan gaya hidup sosial media. Biasa happy-happy di tempat rekreasi, tiba-tiba harus menahan. Biasanya dari keluarga akan ada keberatan, memandang kita berubah. Tidak mudah menjelaskan pada keluarga, tapi harus cari lah itu momen-momen duduk di meja makan, ngobrolin finansial. Atau sedang nonton TV, membahas mengenai pengeluaran. Ya sedikit-sedik saja, jangan langsung ekstrim, saya juga begitu.
Tapi setelah dijalani agak lama, perlahan kerasa, buktikan sendiri:
Hidup terasa lebih ringan, tidak banyak hal yang jadi pikiran
Tidak takut akhir bulan, sebab ada spare tabungan jikapun ada darurat
Mulai punya tabungan dan investasi, bisa ditumbuhkan hingga compounding
Mental jadi lebih kuat menghadapi godaan, jalan-jalan bisa sedikit pengeluaran
Tapi jangan salah ya sobat Ulive. Ini bukan dikerjakan dalam 1-2 hari lalu berubah. Ini perlu bertahun-tahun untuk bisa kerasa. Tidak mudah memang, karena kita sedang “detoksifikasi” habit finansial yang sudah ngelontok di otak kita bertahun tahun. Kalau mau lebih mudah, bisa coba dijalankan bersama komunitas, ya contohnya komunitas Ulive Academy yang kita punya prinsip:
“Allah memberikan kepada siapa yang melayakkan diri.”
Pertanyaannya adalah, sudahkah anda bergerak untuk melayakkan diri anda? Ini yang penting!
Satu refleksi penting bagi anda, yang hal ini sering disampaikan di kesempatan short-class SCM Ulive Academy yaitu:
“Allah Maha Mengetahui, anda layak diberi rezeki lebih atau tidak. Sebab rezeki itu ujian.”
Coba bayangkan:
Gaji Rp5 juta → langsung habis tanpa sisa, karena langsung beli ini itu
Gaji Rp15 juta → tetap habis, hanya lebih cepat. karena gaya hidupnya ikut naik.
Dapat bonus → langsung digunakan untuk barang yang tak dibutuhkan, diapakai cuma 1x
Jika mental konsumtif seperti ini tidak berubah, 100% saya jamin berapapun penghasilan Anda mau nanti qodarulloh ketiban duren runtuh 1 Miliar, tidak akan terasa cukup, Habis!! Inilah pentingnya frugal living — untuk melatih kita menjadi pengelola yang bertanggung jawab, bukan hanya pencari uang semata.
Berikut 10 tips realistis agar Sobat Ulive bisa mulai frugal living secara bertahap:
Sebelum membeli, tanya: “Saya butuh atau cuma ingin?”
Kalau jawabannya “karena lucu aja”, simpan uangnya dulu. Kalau jawabannya karena influencer A pakai, atau karena keliatan di tiktok. Simpan dulu! Cek lagi, cari dulu test-drive, atau ujicoba, atau misal pinjem sama kawan yang punya. Jika cuma ingin merasakan, ya sudah dirasakan 1x cukup. Kata kuncinya adalah kalau anda beli itu bisa menghasilkan uang lagi, maka itu butuh. Kalau anda beli untuk di simpan, itu ingin. Kentut kalau bilang barang-barang itu bisa disimpan untuk investasi, karena investasi itu ada biaya lain-lainnya seperti perawatan, wadah penyimpanan, dan lain-lain. Karena kalau tidak ada treatment, nilainya pasti turun. Semoga anda paham ya maksud saya.
Frugal bukan berarti anti-berbagi. Tapi buat porsi tetap: misal 5–10% dari penghasilan. Jangan sampai Anda dermawan ke luar tapi kosong ke diri sendiri. Saya pun pernah sobat Ulive, orang datang kepada saya, seorang kawan, meminta bantuan untuk pinjam uang, gak banyak, cuma Rp 10 juta saat itu. Uang segitu Alhamdulillah ada saya, namun saat itu budget yang bisa saya spare sekitar Rp 2 juta, maka saya sampaikan pada beliau. “Mohon maaf, saat ini saya ready 2 juta, ini ambil, tidak usah dipikirkan bagaimana mengembalikannya”. Sebab Sobat Ulive, jika transaksi hutang itu ada 2 kemungkinan, dikembalikan atau tidak dikembalikan, dan kalau tidak dikembalikan, apalagi itu dari seorang kawan atau sahabat, bahkan saudara, itu bisa kehilangan silaturahmi. Siapa dari anda bisa beli Silaturahmi? Itu bagi saya sangat mahal daripada harus memikirkan 2 juta kembali atau tidak. Setuju?
Tunda beli 3 hari, 7 hari, atau bahkan sebulan. Kalau masih kepikiran setelah itu, baru pertimbangkan. PERTIMBANGKAN ya! Bukan langsung beli. Pertimbangkan kebermanfaatannya, kapan akan digunakan, apa yang akan dihasilkan dari penggunaannya, bagaimana cara menggunakannya agar tetap terawat baik, dan lain-lain. Jika sanggup dan paham, maka anda boleh membeli. Ya, barang seken dulu gak apa-apa lah, supaya murah. Tapi kalau pertimbangan anda baru lebih bermanfaat, ambil yang baru.
Banyak keinginan hanya impuls sesaat.
Frugal people bukan pelit, mereka hanya tahu ke mana uangnya pergi. Buat catatan, sederhana saja dulu. Buat WA Grup khusus catatan keuangan dengan keluarga anda. Disitu setiap beli apa, tulis barangnya apa, berapa harganya, diambil dari kantong mana. Di akhir bulan, di rekap di spreadsheet. Kalau kewalahan akhir bulan, setiap pekan dicicil, di akhir bulan dievaluasi. Apa yang perlu di adjust, apa yang perlu dimaksimalkan.
Tanpa catatan, Anda hanya mengira-ngira. Dan akhirnya kemana-mana.
Baju belum rusak? Jangan beli dulu. Gadget masih berfungsi? Tunda upgrade. Mau usaha? Cek apa skill yang bisa anda “jual”. Gak punya skill? Cari pelatihan-pelatihan singkat yang anda mau fokuskan. Pastikan anda maksimalkan dulu manfaat hal-hal yang ada di tangan. Contoh, mainan anak banyak, anda punya handphone, buat video main bersama anak, cukup 5-10 menit, tidak perlu banyak edit, upload. Rutin anda lakukan, bisa jadi tambahan uang, bisa ditabung untuk menambah dana darurat.
Sesekali makan di luar boleh, tapi rutin jajan bisa menggerus keuangan tanpa disadari.
Masak = hemat + sehat. Bayangkan jajan anda yang “cuma” Rp 10.000 per hari, kalikan dengan 26 hari anda bekerja, Rp 260.000 per bulan. Setahun? Rp 3.120.000 Kalau itu masuk ke saham, bisa jadi setelah setahun jadi 4.120.000, mungkin lebih. Hanya dari mengendalikan jajan saja itu.
Pisahkan pos belanja, tabungan, hiburan. Kalau pos hiburan habis, ya stop dulu. Ini bisa anda lakukan pakai amplop benar atau cari dompet-dompet yang bisa memisahkan ya dengan sekat-sekat. Apapun itu, pada prinsipnya anda perlu memisahkan budget anda. Sehingga bisa anda atur-atur dan batasi secara mudah.
Ikut kelas seperti CSO & SCM, atau bahkan belajar pengelolaan lewat Mentoring Platinum Plus. Karena frugal tanpa ilmu = sekadar pelit. Anda hanya akan sekedar menyimpan dan menahan, tapi tidak punya tujuan yang pasti.
Frugal dengan ilmu = strategi hidup. Anda bisa memahami roadmap yang jelas sudah berapa persen sekarang yang tercapai, bagaimana cara maksimalkan. Banyak hal yang bisa dilakukan.
Banyak barang di rumah? Jual di marketplace. Uang hasilnya bisa untuk dana darurat. Manfaatnya tidak penuh barang di rumah, tidak ada barang yang sia-sia, anda punya dana tambahan untuk bisa lebih menumbuhkan finansial keluarga
Lingkungan mempengaruhi keputusan. Gabung Ulive Academy membuat frugal living terasa lebih masuk akal dan menyenangkan. Sebab setelah mentoring, anda tidak dilepas begitu saja, ada komunitas fraternity yang mana anda bisa interaksi di situ, mau tanya-tanya pandangan alumni-alumni lain, atau mau tanya ke CAM juga bisa. Sebab tujuan kita bukan hanya bisa trading atau investasi, tapi bangkit finansial keluarga.
Tahukah Anda? Konsep Pareto 80/20 juga bisa diterapkan dalam frugal living. Konsep dasarnya,
“80% efek keuangan berasal dari 20% keputusan pengeluaran.”
Apa maksudnya? Kurang lebih bisa anda bayangkan seperti ini:
80% kekacauan keuangan Anda mungkin disebabkan oleh 20% pengeluaran impulsif (cicilan, lifestyle, liburan dadakan).
80% ketenangan keuangan Anda bisa dimulai dari 20% keputusan bijak (mencatat, menunda beli, investasi teratur).
Fokuslah pada 20% itu. Perbaiki yang kecil, nikmati perubahan besar di kemudian hari. Ini prinsip tambahan untuk bisa anda pegang dalam proses frugal living.
Ketika Anda memilih frugal living, bukan berarti Anda berhenti menikmati hidup.
Justru Anda sedang:
Menahan nafsu
Menumbuhkan kesadaran
Mengelola rezeki dengan tanggung jawab
Dan tahukah Anda? Ini semua adalah bentuk muamalah yang berpahala.
Karena Allah menyukai hamba yang pandai mengatur nikmat-Nya.
📌 Frugal living bukan tentang menolak rezeki, tapi tentang menyiapkan wadah yang layak agar rezeki bisa datang dan bertahan lama.
📬 Siap belajar lebih jauh soal frugal living & investasi syariah?
Gabung ke program edukasi Ulive Academy sekarang. Mulai dari yang gratis, hingga kelas mentoring premium — semua dirancang untuk Anda yang ingin bangkit finansial. Konsultasikan bersama tim Ulive
💬 Jangan hanya jadi pengeluh akhir bulan. Jadilah pemimpin keuangan keluarga.
Terima kasih sudah membaca.
Semoga tulisan ini jadi awal hijrah keuangan Anda menuju berkah. Aamiin.