Dalam analisis teknikal, gap terjadi ketika harga aset tiba-tiba meloncat naik atau turun tanpa adanya transaksi di antara level tersebut, membentuk "celah" pada grafik. Salah satu penyebab gap yang signifikan adalah aksi korporasi, seperti stock split, dividen khusus, atau pengumuman akuisisi yang memicu sentimen positif besar-besaran. Gap ini sering kali menandakan pergeseran kuat dalam supply-demand, di mana pembeli (bull) mendominasi sehingga harga membuka jauh di atas penutupan sebelumnya. Bagi trader, gap bisa menjadi sinyal potensi continuasi trend (jika didukung volume tinggi) atau justru warning untuk koreksi (jika gap tidak terisi).
Sebelum gap terjadi, biasanya ada beberapa ciri yang bisa diamati, meski tidak selalu pasti:
- Volume perdagangan meningkat drastis sebelum hari gap, menunjukkan akumulasi besar.
- Adanya pengumuman fundamental seperti laba melonjak, merger, atau kebijakan baru.
- Pola grafik tertentu seperti breakout dari resistance atau pembentukan flag/pennant sebelum gap.
Namun, penting diingat bahwa gap juga bisa terisi kembali (fill the gap), di mana harga kembali ke level sebelum gap terjadi—khususnya jika tidak ada konfirmasi lanjutan.
Bagi pemula, menghadapi gap sebaiknya dilakukan dengan:
1. Tidak terburu-buru masuk—tunggu konfirmasi apakah gap bertahan atau justru terisi.
2. Analisis volume—gap dengan volume tinggi lebih valid sebagai sinyal kuat.
3. Batasi risiko—gap bisa sangat volatil, gunakan stop-loss untuk proteksi.
4. Pelajari konteks fundamental di balik aksi korporasi tersebut.
Disclaimer: Artikel ini hanya untuk edukasi, bukan rekomendasi jual-beli. Trading mengandung risiko, pastikan Anda memahami sebelum mengambil keputusan investasi.
Mau konsultasi lebih lanjut? Yuk, dibantu langsung tim Admin Ulive klik di sini