🎭 Budaya "Ngakalin": Antara Kreativitas, Etika, dan Potensi Bahaya Sosial

🎭 Budaya "Ngakalin": Antara Kreativitas, Etika, dan Potensi Bahaya Sosial

🎭 Budaya "Ngakalin": Antara Kreativitas, Etika, dan Potensi Bahaya Sosial

  • Team Ulive

  • 25 Jul 2025

  • 7 minute read

Di tanah air kita tercinta, Indonesia, ada satu budaya yang mengakar kuat — bahkan diwariskan lintas generasi — yaitu budaya "ngakalin".

Ngakalin artinya cerdas menyiasati situasi. Menemukan celah. Mencari jalan pintas.
Dan jujur saja, ngakalin tidak selalu salah.


🇮🇩 Belajar dari Para Pejuang: Ngakalin Demi Merdeka

Sebentar lagi HUT Indonesia yang ke-80. Mari, coba kita mundur sejenak ke masa perjuangan kemerdekaan. Saat Indonesia baru memproklamirkan kemerdekaan, para pejuang kita tidak punya persenjataan lengkap. Malah defisit, karena dijajah posisinya.

Apa yang mereka lakukan?

Mereka ngakalin bambu jadi senjata.
Mereka merebut senjata musuh yang kalah.
Mereka menyusun strategi gerilya, bukan frontal.

Inilah contoh nyata betapa budaya “ngakalin” digunakan untuk hal mulia dan terukur.
Ngakalin demi keadilan. Ngakalin demi kebebasan.
Ngakalin demi kepentingan bersama.

Jadi, mari kita sepakati dulu:

"Ngakalin itu bukan hal hina. Tapi tergantung untuk apa, dan siapa yang terdampak."


🤯 Ketika Ngakalin Salah Tempat: Merusak Diri & Orang Lain

Masalah muncul saat budaya ngakalin dibawa ke sistem yang sejatinya dibentuk untuk kesejahteraan bersama. Ini yang kadang membuat kita salah paham. Ada yang bilang aturan represif, padahal jika tidak ada aturan banyak yang dirugikan karena momentumnya dimanfaatkan orang yang tidak bertanggungjawab.
Sistem ini biasanya rawan untuk “diakalin” yang tidak tepat guna:

  • Jalan raya

  • Layanan BPJS

  • Bantuan sosial

  • Subsidi pendidikan

  • Pajak negara

Beberapa contohnya, mungkin ada yang relate?

  1. Melawan arus di jalan hanya karena “rumahnya dekat”
    Dampaknya? Macet, kecelakaan, bahkan korban jiwa.

  2. Memalsukan surat sakit agar dapat tunjangan dari kantor
    Akibatnya? Muncul aturan yang lebih rumit untuk memastikan tidak ada yang manfaatkan celah aturan.

  3. Beli BBM subsidi untuk padahal naik mobil mentereng
    Persediaan BBM sedikit, lalu harga naik protes pada pemerintah.

Ngakalin model gini mungkin menguntungkan pribadi sesaat.
Tapi jika dilakukan bersama-sama?
Anda harus siap-siap menanggung konsekuensi bersama juga.


⚠️ Dampak Sosial Ngakalin yang Salah Tempat

Mari kita jujur kepada diri sendiri. Kadang beberapa diantara kita terpikir seperti ini ketika “ngakalin”:

“Ah, cuma sedikit kok. Lagipula banyak orang juga begitu.”

Benar, memang ketika 1 orang ngakalin → dianggap sepele. Bahkan mungkin jadi terasa menguntungkan.
1000 orang ngakalin → sistem jebol. Neraca keuangan berantakan, kondusifitas berkurang, stabilitas terganggu, konflik mungkin terjadi. Kurang lebih begitulah kenapa muncul protes-protes. Ini belum membahas jika ada oknum yang “numpang” bikin rame hal-hal yang bisa diantisipasi ya.

Contoh nyata lainnya:

  • Satu dua orang tidak bayar pajak = negara masih jalan.

  • Jutaan orang tidak bayar pajak = defisit anggaran, pembangunan tersendat.

Itulah kenapa mental "ah, kan cuma sedikit" itu harus ditinggalkan.
Karena seperti pepatah “kecil-kecil lama-lama jadi bukit”, dalam urusan tabungan memang ini akan menguntungkan, itu pun kalau dilakukan dengan benar. Tapi kalau dalam hal “ngakalin” yang melanggar aturan dan hak orang lain, ini bisa menghancurkan satu ekosistem.


🎯 Lalu, Kapan Ngakalin Itu Tepat Guna?

Ngakalin bisa menjadi strategi positif jika memenuhi 3 syarat:

1. âś… Tidak merugikan orang lain

Tanyakan pada diri sendiri:

  1. Kalau saya menemui orang yang melakukannya, saya pusing gak?

  2. Kalau orang lain melihat saya melakukan ini, apa pembelaan saya?

  3. Pembelaan itu apakah ada data pendukung atau cuma kira-kira?

Misal: Menghemat anggaran dengan meningkatkan efisiensi proses, jika kita seorang pimpinan maka happy, karena anggaran hemat. Mungkin memang pada periode selanjutnya anggaran akan dikurangi. Jika demikian, cek lagi, berarti penyusunan anggarannya mungkin tidak produktif. Kebalikannya, jika mark up anggaran untuk meningkatkan spare dana untuk keperluan tak terduga, jika kita seorang pimpinan dan menemukannya, itu akan jadi pembengkakan yang jika dipertanggungjawabkan membutuhkan beberapa kebohongan-kebohongan agar bisa “lolos”. Pusing bukan?

2. âś… Tidak merusak sistem sosial

Tanyakan sebelum eksekusi:

  1. Jika ngakalin dijalankan, apakah masyarakat merasa terbantu?

  2. Jika ngakalin dijalankan, apakah data-data pendukungnya sudah siap?

  3. Jika ngakalin dijalankan, apakah orang terlibat harus sembunyi-sembunyi melakukannya?

Misal: Mengoptimalkan potongan pajak UMKM secara legal. Anda punya dasar kenapa potongan dilakukan. Memang dalam prosesnya akan pusing berpikir dan mencari hal apa yang bisa jadi potongan, tapi bukan karena ngakalinnya jadi pusing, karena anda tidak antisipasi sebelumnya untuk mendapat potongan. Kesalahannya bukan pada ngakalin, tapi pada proses anda. Beda dengan mengakalin pajak dengan menyembunyikan aset sana-sini atas nama orang lain agar tidak terendus. Anda mungkin tidak akan bisa tidur nyenyak, khawatir ada orang yang “ember” dan membocorkan hal itu. Berbeda bukan?

3. âś… Bernilai inovatif dan bermanfaat jangka panjang

Tanyakan ketika berstrategi:

  1. Apakah strategi bisa ditiru orang lain?

  2. Apakah strategi punya unique value dari diri anda?

  3. Apakah strategi ini belum ada yang melakukan?

Misal: Membuat sistem digital arsip kelurahan agar pelayanan publik lebih cepat. Efisiensi oelayanan jadi meningkat, masyarakat happy, bisa ditiru kelurahan lain. Dan anda bisa menjelaskan kenapa inovasi itu dilakukan. Beda lagi jika anda “mengakalin” izin dinas untuk kepentingan pribadi. Memang bisa ditiru orang lain, tapi ketika ditanya siapa yang punya ide? Pasti saling lempar dan tidak ada yang mau mengakui. Ini berarti strategi anda bukan strategi yang benar.

Ngakalin yang tepat guna = inovasi.
Ngakalin yang menyalahi sistem = korupsi kecil-kecilan.


đź’ˇ Tips & Trik Ngakalin yang Bermanfaat (dan Etis)

Berikut beberapa cara “ngakalin” yang halal, bermanfaat, dan bisa dipraktikkan:

1. 📦 Gunakan prinsip Pareto 80/20 untuk keuangan

Ngakalin gaya hidup: fokus pada 20% aktivitas yang hasilkan 80% manfaat. Misal: memanfaatkan 20% waktu anda untuk belajar menulis buku yang akan mendatangkan income yang menutup 80% kebutuhan bulanan anda.

2. đź§  Beli barang kebutuhan dengan strategi diskon, bukan FOMO

Ngakalin belanja: belanja saat akhir bulan, bukan saat tanggal muda. Misal: Catat kebutuhan anda per bulan, berdasarkan apa yang beli di bulan lalu, selanjutnya ikut di komunitas atau sosial media lokasi belanja yang biasanya memiliki informasi potongan-potongan harga. Mungkin memang akan terjadi “war” untuk mengejar itu, jika terjadi adjust ke alternatif atau adjust anggarannya.

3. ⏱️ Optimalkan waktu dengan time-window kerja

Ngakalin waktu: kerjakan tugas sejenis dalam satu waktu, lebih hemat tenaga dan fokus. Misal: Anda seorang apoteker, anda kelompokkan pekerjaan di seputar area kerja anda dan tuliskan waktu pelaksanaannya dalam secarik kertas atau spreadsheet. Setelah tertulis, coba cek mana yang bisa dilakukan bersamaan, terutama aktivitas yang tidak berkaitan dengan pihak eksternal.

4. 📚 Ikut program edukasi gratis sebelum ambil yang berbayar

Ngakalin belajar: dapatkan pondasi dari yang gratisan sebelum upgrade ke premium. Misal: Anda hadir di CSO, lalu ada catat learning pointnya bahwa anda harus Komitmen, Disiplin, dan Konsisten. Anda coba lakukan secara mandiri, jika mudah maka lanjutkan dan rasakan perubahannya. Namun, jika anda butuh komunitas yang bisa secara konsisten mengingatkan, secara disiplin memberikan informasi, dan komitmen untuk membantu anda, konsultasikan dengan tim Ulive Academy untuk layanan perimum kami.

5. đź’Ľ Bangun bisnis sampingan berbasis solusi

Ngakalin pendapatan: alih-alih pinjam uang, cari peluang solusi yang bisa dijadikan jasa. Misal: Anda sudah konsisten menabung emas untuk jangka panjang, anda bisa coba mulai menuliskan solusi yang anda lakukan, diskusi dengan komunitas, lalu jika sudah stabil antara yang anda tuliskan dengan kebermanfaatannya, buka kelas untuk membantu orang lain yang menawarkan konsultasi premium sebagai tambahan income anda. Tapi ingat, anda perlu komitmen untuk ini.


🧭 Titik Kritis yang Harus Diperhatikan Saat “Ngakalin”

Agar tidak terjebak “ngakalin” yang dzolim, tanyakan 3 pertanyaan ini pada diri sendiri sebelum “ngakalin”:

  1. Adakah yang rugi jika saya lakukan ini?
    Kalau jawabannya: “tidak ada” → lanjut.
    Tapi kalau “masyarakat umum” → STOP.

  2. Kalau ada yang melakukan ini kepada anda atau bisnis anda?
    Jika jawabannya: “kacau, macet, sistem rusak” → STOP.

  3. Kalau anda melihat orang lain yang melakukannya, apa anda memandang rendah dia?
    Kalau iya → berhenti.
    Jangan demi praktis, Anda kehilangan integritas.


🤝 Ulive Academy dan Prinsip Etika dalam Edukasi Finansial

Ulive Academy komitmen untuk membantu keluarga Indonesia dengan satu (1) prinsip:

“Allah tidak akan memberikan kekayaan besar kepada mereka yang belum layak.”

Yang dimaksud layak itu bukan hanya punya kemampuan, tapi juga karakter dan integritas.

Ketika seseorang ngakalin terus-menerus untuk untung sesaat, maka:

  • Ia tidak belajar strategi jangka panjang

  • Ia mengandalkan celah, bukan kekuatan

  • Ia jadi bergantung pada manipulasi

Inilah kenapa Ulive Academy punya program edukasi bertahap mulai dari preview class CSO, short-course SCM, dan e-mentoring Platinum, sebab Coach Doddy ingin membantu masyarakat untuk bangkit finansil dengan prinsip:

“Bangkit finansial bukan cuma tentang jadi kaya, tapi bagaimana punya mindset orang kaya.”


✍️ Kesimpulan: Ngakalin Itu Bisa Jadi Kebaikan, Asal...

Ngakalin adalah skill.
Skill yang seperti pisau dua mata, satu sisi membawa inovasi dan sisi lain membawa kehancuran — tergantung bagaimana kita memakainya.

Ngakalin Positif

Ngakalin Negatif

Menghemat waktu dan biaya

Merugikan publik

Menyiasati tanpa menipu

Memalsukan data atau informasi

Mencari efisiensi dengan cerdas

Melanggar aturan demi kenyamanan pribadi

Sobat Ulive, mari gunakan kecerdasan akal kita untuk berpikir dan membangun, bukan merusak.
Karena setiap pilihan kita hari ini, menentukan apa yang akan kita wariskan besok.


📌 Ingin belajar bagaimana cara menyiasati hidup tanpa menyimpang dari etika?
Yuk gabung Ulive Academy. Kita akan belajar bareng: dari mindset, strategi, hingga integritas — untuk bangkit finansial dengan cara yang benar dan berkah. Konsultasikan dengan tim Ulive

Terima kasih sudah membaca hingga akhir.
Semoga tulisan ini membuat kita lebih bijak dalam menyiasati hidup. Aamiin.