Dalam dunia bisnis, banyak orang salah membaca arah pasar.
Mereka melihat orang kaya sebagai target yang sulit didekati dan terlalu banyak maunya.
Sebaliknya, mereka melihat orang miskin sebagai pasar yang “mudah”, karena jumlahnya banyak dan tidak terlalu kritis dalam menilai produk.
Tapi, tunggu dulu.
“Jangan-jangan justru kita selama ini salah target, salah niat, dan salah jalan.”
Mari kita bahas.
Orang kaya tidak suka diiming-imingi. Mereka juga tidak silau diskon.
Yang mereka cari adalah: nilai (value), integritas, dan potensi jangka panjang.
Mereka jarang FOMO, tapi cepat bertindak kalau merasa relevan.
Mereka tidak tanya, “berapa harganya?” tapi “manfaat jangka panjangnya apa?”
Mereka lebih menghargai waktu dan kejelasan daripada janji manis.
Kalau Anda ingin menjual jasa edukasi, sistem bisnis, produk kesehatan, atau investasi legal — mereka adalah pasar yang tepat. Tapi hanya jika Anda siap dengan:
Riset yang rapi
Bukti nyata
Presentasi yang tidak manipulatif
Orang kaya bisa membayar mahal, tapi tidak suka dibohongi.
Mereka tidak cari murah, mereka cari "murahnya di masa depan".
Sebaliknya, banyak pebisnis justru terjebak mengambil pasar bawah dengan cara yang keliru:
Menjual barang kualitas rendah karena dianggap mereka “nggak ngerti”
Mengandalkan promosi emosional
Menggoreng harga supaya cepat viral, lalu menghilang
Padahal...
Orang miskin itu bukan pasar untuk dimanfaatkan, tapi target untuk diangkat.
Jika Anda membangun bisnis dengan mindset membantu orang miskin naik kelas, maka:
Bisnis Anda berkelanjutan
Anda menciptakan perubahan
Anda mendapatkan loyalitas dan berkah
Ada istilah kasarnya: “jualan receh ke orang susah dengan markup gede.”
Contohnya:
Kredit HP bunga tinggi
MLM produk yang overclaim
Pinjaman online dengan branding solusi
“Edukasi” instan yang ujung-ujungnya upselling produk gak jelas
Bisnis seperti ini terlihat laku. Tapi sebenarnya menggali lubang kesenjangan lebih dalam.
Karena alih-alih mengangkat, mereka justru membebani dengan ilusi perbaikan hidup.
Mari ambil contoh nyata yang viral: komunitas sound horeg.
Suara keras tanpa batas
Ganggu lingkungan
Bahaya kesehatan (tuli dini)
Tapi... tetap dibela oleh para pecintanya
Alasannya?
“Sudah tradisi.”
“Lebih merakyat.”
“Tidak semua bisa nikmati sound system mahal.”
Padahal secara medis dan sosial, itu destruktif.
Inilah contoh ketika edukasi kalah oleh ego.
Lalu pertanyaannya:
Kita sebagai pelaku bisnis dan edukator, mau ikut diam? Mau ambil untung dari mereka? Atau mau bantu mereka paham, meski awalnya dibenci?
Jika Anda:
Seorang pelaku UMKM
Seorang edukator
Seorang pemilik startup sosial
Seorang pengusaha syariah
Maka Anda dihadapkan pada dua pilihan:
Jual apa yang mereka mau, abaikan efek jangka panjang, dan “biarkan mereka gali lubangnya sendiri.”
Beri produk yang mencerahkan, meski butuh waktu untuk mereka percaya, dan mungkin hanya segelintir yang bertahan.
Dan percayalah, yang kedua ini hasilnya lebih berkah dan tahan lama.
Orang kaya: mau kepastian, efisiensi, dan keberlanjutan.
Orang miskin: butuh kepercayaan, edukasi, dan empati.
Orang kaya menghargai “framework.”
Orang miskin menghargai “penjelasan sederhana.”
Buat konten edukatif sebelum menjual produk Anda.
Jangan menjual apa yang buruk karena “pasarnya gak ngerti.”
Justru bantu mereka “mengerti” supaya mereka tahu mana yang lebih baik.
Miskin atau kaya, semua orang butuh merasa dihargai.
Bicara dengan pendekatan nilai, bukan hanya angka.
Jika mereka merasa makin pintar dan makin baik hidupnya, Anda akan jadi bagian dari cerita sukses mereka.
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Barangsiapa menipu maka ia bukan bagian dari golonganku.” (HR. Muslim)
Baik kaya maupun miskin, semua manusia punya hak dilayani dengan jujur.
Syariat Islam tidak melarang kita untung besar, tapi melarang mengambil keuntungan dari kebodohan orang.
Target | Pola | Prinsip |
---|---|---|
Orang Kaya | Rasional, Strategis | Beri Value Tinggi |
Orang Miskin | Emosional, Terbatas Ilmu | Beri Edukasi & Empati |
Berbisnis dengan orang kaya = peluang besar jika Anda siap mental & sistem.
Berbagi dengan orang miskin = ladang amal jika Anda ingin meninggalkan legacy, bukan hanya omzet.
📩 Siap belajar cara mengelola bisnis dengan etika dan hasil yang berkah?
Ulive Academy siap bantu Anda menyeimbangkan strategi + spiritual dalam membangun usaha dan edukasi. Konsultasikan kelasnya bersama tim Ulive
Terima kasih sudah membaca sampai akhir.
Semoga Allah mudahkan langkah kita menjadi pelaku usaha yang membawa cahaya, bukan hanya untung. Aamiin.